Kisah tentang hujan

Bagaimana bisa ada hujan bunda? Apakah dilangit ada pantai atau sungai?
Begitu celoteh Mb Aci pagi sore ini. Pertanyaan sederhana yang diajukan anak kecil seringkali diluar prediksi kita. Ada-ada saja pertanyaan aneh yang ditanyakan. Pertanyaan-pertanyaan sederhana, yang sangat dekat dengan kita. Secara teoretis pasti mudah untuk menyebutkannya, tetapi untuk menjelaskan kepada anak kecil harus dengan pendekatan anak-anak juga.

Bunda pun pasti sering mengalaminya juga kan? Kebetulan mbak Aci masih duduk di bangku PAUD. Jadi untuk menjelaskannya harus menggunakan Bahasa anak PAUD. Jangan mencekokinya dengan Bahasa dewasa, karena anak-anak tak sama dengan orang dewasa.

Untuk itu, sedikit sharing saja. Salah satu jawaban tentang hujan untuk anak-anak bisa kita gunakan kisah berikut ini.

###

Kisah Hujan

“Bunda, apakah dilangit ada sungai?”
“Tentu tidak ada sayang, memangnya kenapa?”
“Kok ada air hujan bun, airnya kan turun dari atas, dari langit.” Sambil menunjuk langit di atas sana.
Saat ini memang baru musim hujan. Hampir setiap hari hujan turun. Pantaslah kalau pertanyaan itu muncul dari mulut mungilnya. Aku tersenyum mendengar celotehnya yang mulai kritis itu, ku dudukkan dia di kursi sebelahku.

“Sini-sini, duduk samping bunda.”
“Bunda mau cerita kisah tentang hujan.”
Aku mulai menceritakan kisah hujan padanya
“Pada suatu hari ada setetes air yang tinggal sendirian di atas daun. Hari itu matahari bersinar terang sekali, sehingga bumi terasa panas. Saking panasnyaa matahari kehausan.”
“Kalau Mb Aci haus, biasanya ngapain?” kelemparkan pertanyaan singkat padanya.
“Minum bunda.”
“Nah, matahri juga ingin minum. Ketika melihat si air sendirian diatas daun, Matahari menariknya keatas untuk diminum. Saking panasnya, setetes air belum bisa menghilangkan rasa haus matahari. Akhirnya matahari menarik lebih banyak lagi tetes air dari bumi.”
“Mataharinya kok jahat ya bun?”
(Krik-krik),
“Anak ini peka sekali” batinku.
“Sebenarnya Matahari tidak jahat sayang, kan wajar to, kalau pingin minum dia cari air.”
Kukira jika dengan cerita begini matanya akan semakin redup, kemudian lama-kelamaan tertidur. Ternyata hal itu tidak terjadi. Ini malah sebaliknya, matanya masih terang rasa antusiasnya semakin tinggi, siap untuk mendengarkan lanjutan ceritanya tadi.
“Kemudian, semua tetes-tetes air yang ditarik matahari berkumpul menjadi satu. Mereka saling berpegangan erat saling menguatkan satu sama lain, agar tidak terjatuh. Mereka berkumpul semakin banyak, sehingga udara terasa semakin dingin. Akhirnya matahari tak jadi minum seluruh air tersebut, karena sudah merasakan dingin. Lalu tetes-tetes air tersebut semakin banyak dan menjadi besar mereka kemudian berubah menjadi mendung.”

Aku memilih jeda sebentar, mengambil segelas air putih untuk membasahi tenggorokan yang kering.
“ayo bunda, lanjutkan lagi.”
“oke deh”
“ Setelah tetes-tetes air tadi menjadi mendung, datanglah angin yang sangat kencang. Angin itu membawa mendung bergerak dan akhirnya menabrak gunung.”
“wussshhhhhhhh, bruak……..”
“Tabrakan antara gunung dan mendung itu tidak bisa dihindari, maka jatuhlah para air tadi ke bumi.”
 “Mereka jadi hujan ya bun.” Selanya tak sabra.
“iya sayang, itulah hujan bisa terjadi.”
“sebenarnya air yang turun dari langit itu berasal dari bumi juga, jadi sekarang sudah tahu kan hujan itu asalnya dari mana.”
“iya bun, besok mbak Aci minta cerita lagi ya.”

###

Menjawab pertanyaan anak kecil ternyata tak semudah menjelaskan pada anak-anak smp. Butuh Bahasa yang simple tapi mengena. Yang dekat dengan kehidupan sekitar dan tidak njlimet. Seringkali saya mengalami mati kutu di depan anak sendiri. Bukan menjawab pertanyaannya yang sulit, tetapi bingung bagaimana memberikan penjelasan padanya agar dia mudah paham. Tentunya tidak hanya tentang hujan yang ditanyakan, tapi masih seabrek pertanyaan yang menjadi PR kita bersama untuk siap sedia menjawabnya.

Nah, kalo yang tadi versi anak-anak ceritanya seperti itu. Kalo secara ilmiah bagaimana?
Ini konsumsi anak besar ya, anak PAUD ga bakal paham kalo yang beginian dijelaskan.

Proses terjadinya hujan:
1. Proses evaporasi
Evaporasi adalah penguapan air bumi yang terjadi karena panas matahari yang suhunya tinggi. Evaporasi inlah yang menjadikan air di bumi menguap terangkat ke udara.
2. Kondensasi
Dalam proses evaporasi, uap-uap air dari bumi mengumpul. Karena adanya perbedaan suhu maka uap air tersebut memadat kemudian membentuk awan. Inilah yang disebut kondensasi.
3. Koalensi
Berkumpulnya awan-awan yang membawa butir-butir air menjadi awan yang lebih besar. Besar kecilnya awan dipengaruhi oleh angin yang bisa menggeser letak awan. Sehingga awan bisa terkumpul menjadi satu.
3. Hujan
Terjadinya hujan yang berarti air turun kr bumi. Turunnya air ini dipengaruhi dua sebab. Yang pertama, kondisi awan yang sudah mengalami titik jenuh dalam artian awan sudah tidak sanggup lagi menampung air yang terkumpul. Yang kedua adanya gaya gravitasi. Gaya gravitasi adalah gaya tarik yang dimiliki bumi. Jadi setiap benda yang berada di atas akan di tarik bumi agar jatuh ke bawah. Begitulah system kerja yang terjadi dengan titik-titik air itu. Jadi air tersebut juga tertarik oleh gaya gravitasi yang mengakibatkan bisa turun ke bumi.

Selamat menikmati hari bersama anak tercinta. Salam sayang dari remahan rengginang di pojokan toples.

0 Response to "Kisah tentang hujan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel